JepangKawai – Yuna Shiina istri dari teman ayahku. Ia wanita yang anggun, ramah, dan memiliki aura tenang yang langsung menarik perhatianku. Meski lebih dewasa, ada sesuatu dalam caranya berbicara dan tersenyum yang membuatku sulit berpaling. Seiring waktu, setiap kali aku ikut ayah ke rumah itu, aku dan Yuna mulai sering berbincang lebih lama. Awalnya tentang hal-hal ringan, tapi perlahan menjadi obrolan pribadi yang membuat kami semakin dekat secara emosional.
Kedekatan itu tumbuh menjadi sesuatu yang lebih dari sekadar rasa kagum. Kami mulai saling mencari waktu untuk bertemu diam-diam, berbagi perasaan yang sulit dijelaskan dan seharusnya tak pernah ada. Meski kami sadar hubungan ini terlarang, kami tetap melangkah lebih jauh, terlena dalam perasaan yang membutakan logika. Hubungan kami pun berlangsung secara diam-diam, tersembunyi dari pandangan orang-orang terdekat kami. Dalam bayang-bayang kesalahan, kami menemukan kenyamanan, meski setiap pertemuan selalu dibayangi rasa bersalah yang tak terucap.






