JepangKawai – Uno Kanaya, seorang wanita berusia awal tiga puluhan, telah menjalani pernikahan yang perlahan-lahan kehilangan kehangatan. Suaminya semakin dingin, komunikasi nyaris tak ada, dan hari-hari mereka dipenuhi rutinitas tanpa rasa. Kanaya tetap bertahan demi kesopanan sosial dan harapan yang perlahan memudar. Suatu hari, dalam sebuah acara seni lokal yang ia hadiri untuk melepas penat, ia bertemu dengan Arai Daiki—seorang fotografer freelance yang ramah dan penuh semangat. Percakapan mereka ringan, tapi entah bagaimana terasa menyentuh sesuatu yang sudah lama hilang dalam diri Kanaya: rasa dihargai dan didengarkan.
Pertemuan demi pertemuan berikutnya tumbuh alami. Kanaya mulai tersenyum lebih sering, bukan karena harus, tapi karena hatinya mulai pulih. Daiki tak pernah memaksa, ia hanya hadir—menjadi ruang aman di tengah kekacauan batin yang selama ini Kanaya pendam. Setelah melalui pergulatan batin dan diskusi yang jujur dengan suaminya, Kanaya memutuskan untuk berpisah dengan cara baik-baik. Ia tahu perjalanannya belum selesai, tapi setidaknya kini ia melangkah dengan hati yang lebih ringan, dan tangan yang perlahan mulai berani menggenggam cinta yang baru—cinta yang tumbuh dari kejujuran, bukan pelarian.

  
  
  





Seru!