JepangKawai – Yuka Oshima, seorang ibu rumah tangga yang lembut dan anggun, menjalani hari-hari sepi sejak suaminya ditugaskan bekerja di luar negeri. Rumah yang biasanya hangat dengan tawa kini hanya dipenuhi suara jam dinding dan langkahnya sendiri. Ia tak pernah mengeluh, tapi kesepian itu perlahan menumpuk seperti debu di sudut-sudut rumah. Suatu sore, ketika anaknya membawa beberapa teman kuliah untuk belajar bersama, Yuka mengenal Haruki—seorang pemuda dewasa, sopan, dan tak biasa. Tatapan mata Haruki kepadanya tidak seperti anak muda lain, dan untuk pertama kalinya dalam waktu yang lama, Yuka merasa dilihat sebagai seorang wanita, bukan hanya seorang ibu rumah tangga.
Hari-hari berikutnya, Haruki sering datang, kadang bahkan tanpa anaknya. Mereka berbincang di dapur, tertawa kecil, dan saling berbagi cerita ringan. Yuka mulai merasa hidupnya kembali memiliki warna, meski ia tahu betul bahwa apa yang tumbuh di hatinya adalah benih yang salah. Di antara cangkir teh dan senyum yang ditahan, Yuka berperang dengan dirinya sendiri—antara kesetiaan yang perlahan rapuh dan kebutuhan manusiawi untuk merasa dicintai. Ia belum jatuh sepenuhnya, tapi langkahnya sudah berada di tepi jurang.
